Persahabatan tidak pernah lahir begitu saja dari sebuah kesepakatan, tapi lahir dari intensitas, kebiasaaan, dan usaha keras untuk mempertahankannya. Karena itu, aku sendiri belum bisa semudah itu menyebut orang lain sahabat, apalagi setelah ada usaha keras dari orang-orang yang benar-benar berusaha menempatkanku sebagai sahabat. Kalau teman masih lebih mudah, tapi persahabatan itu prosesnya memang nggak semudah itu. Perlu waktu sekitar setahun, sampai akhirnya Ulfah menyadari, bahwa Iki, Fara, Fera, Reza, Salman, Dina, Alin, pada akhirnya menjadi sahabat yang paling deket, baru diikuti sahabat lapis kedua (ya ampun…apa coba?) meliputi anak-anak IC secara lebih umum, dan sekarang ditambah lagi sama anak-anak SMC. Satu demi satu, hati demi hati…Menarik memang melihat betapa pada akhirnya kita ada di suatu lingkaran persahabatan yang tidak pernah putus. Tahu nggak, bagian persahabatan yang paling Ulfah suka? Yup, sewaktu kita bisa mendoakan mereka dengan ketulusan dan mengharapkan supaya hal-hal yang lebih baik terjadi pada mereka. Persahabatan mungkikn nggak lepas dari jealous, berantem-beranteman, tapi lihat aja betapa akhirnya persahabatan itu terjalin jadi lebih kuat dari biasanya. Setidaknya, dari 5 milyar manusia di bumi, kita punya beberapa belas, puluh, orang yang benar-benar menyayangi kita setulus hatinya, memikirkan keadaan dan keselamatan kita. Setelah itu, rasanya hidup selalu menjadi lebih baik. Betapa indahnya sebuah persahabatan dari hati, ketika aku bisa mencintaimu, seperti kau juga mencintaiku…
To my best friend too, My Mum.
Thursday, July 29, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment