Akhirnya saya berani bertanya! Sebetulnya saya sudah lama pensaran, tapi tak kunjung berani untuk bertanya langsung. Karena mereka selalu terlihat sibuk, dan tentu saja, saya takut dimarahin! ^_^ ternyata tidak. Penyebab utamanya sampai saya berani adalah ketika siang harinya, saya yang lagi-lagi duduk di bangku depan, diajak ngobrol oleh salah satu dari mereka. Siapa sih? Hehehe...mereka adalah, supi angkot. Khususnya, angkot Sedang Serang-Caringin...
Si supir angkot yang ramah ini udah mulai saya curigai ketika pertama kali mau naik. Karena, penumpang seblumnya yang juga duduk di depan, turun di depan kampus dengan senyum serta bekas tertawa. Dalam hati saya lalu berpikir...’wah supirnya pasti tukang ngobrol’ dan benar saja!
Awalnya poerjalanan cukup adem ayaem. Sampai di lampu merah simpang, ada mbak-mbak yang ngebayar dengan uang 20ribuan. Entah kenapa, tapi dia cuma membayar sekedarnya, tanpa senyum atau apa- hal yang seringkali kita juga luput untuk ‘lakukan’. Setelah mbak2 itu lewat, mulailah pak supir mengajak saya ngobrol. “ wah, sayang ya neng, cantik-cantik gak senyum!” walah...si bapak. Ya udah, saya pun membalas dengan ‘he-eh’ sambil tersenyum luebar pisan! (hehe...jadi nggak enak!). dan si bapak jadi cerita ke mana-mana. Be;iau bertanya saya kuliah tingkat berapa? “ tingkat dua pak” terus bertanya lagi “ wah masih lama dong neng.” “ hehehe..iya” “ mahal ya neng? 1,3 juta katanya?” “ iya sih pak...(sebenernya lebih mahal! 1,5 juta plus sbpt 500 ribu!!!oi..oi!!!” dan si bapak pun bercerita betapa saya harus menghormati orangtua dan tidak pernah menyakiti hati mereka...wah..si bapak wise juga. Rupanya beliau sudah beanak dua, dan masih kecil-kecil. Satu 5 tahun, dan satu setengah tahun. Tapi sebelum percakapn selesai saya harus turun, karena sudah sampai di tujuan!!
Nah, karena pengalaman siang itu, saya jadi punya sedikit keberanian tambahan sore harinya. Seperti biasa, saya duduk di depan. Dan ketika pak supir ngetem di simpang, saya bertanya “ berapa kali sih bang, muternya?” “ eh-oh-rupanya dia kaget ditanyain- hmm kalo pagi sih 3 kali, berarti sehari ya...6 kali, neng. Capek juga! “ “ iya, ya pak. Rute yang sama satu hari terus-terusan...” bayangin!!! “ terus, penghasilannya berapa bang?” “ oh...hmm buat disetor 125 ribu. Belum bensinnya, biasanya 60 rb, jadi dapetnya ya 30-50 ribu” “ wah, lumayan ya bang.” “ iya sih, tapi capeknya...kalo lagi penuh bisa dapet 100rb sehari. “ wah terkagum deh gw. Dan yang paling penting pertanyaan terjawab. “ yaa...gimana lagi neng. Pekerjaan mah nggak ada yang nggak capek...” wah bener banget! Gw aja, bekerja yang nggak digaji, kuliah maksudnya, masa’ harus sering ngeluh? Sedangkan si bapak, mesti melewati ENAM KALI dalam sehari rute yang sama, NYETIR lagi! Cuapek buanget!!!
Yah..begitulah. semoga setiap hari kita semakin bijak dengan mencoba menghargai mereka-mereka ini. Dengan terkadang, saat keuangan tidak terlalu seret, menambahkan biaya angkot, bersabar ketika mereka ngetem, bersabar ketika kembalian kita disunat, dan mengucapkan terima kasih, serta seutas senyum ketika turun dari angkot...paling tidak, berusaha menyejukkan hati mereka...Toh Islam, yang penting itu adalah berbuat baik untuk sesama, kan? Mari diamalkan!!! Dan menghargai, mereka- mereka yang bekerja keras setiap hari dari subuh sampai malam lagi, untuk selembar lima puluh ribuan...
Sunday, February 20, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment